Pada hari peringatan Jumat Agung, saya seperti memutar ulang film lama. Sebuah peringatan yang berpuncak pada bukit Golgota, ketika tubuh Yesus disalib menjadi penebusan dosa manusia.
Lalu sebaris kalimat dari sebuah lagu melintas, "Walau tak kusaksikan,kutahu Dia mati bagiku."
Lagu ini selalu terngiang di telinga saya, dan seperti terangkat kembali ketika refleksi penyaliban itu digambarkan. Masih terbayang seorang solois yang menyanyikannya perlahan. Nah, seketika juga gambaran penyaliban Yesus Kristus semakin nyata saya hayati, walau tidak pernah menyaksikan, namun kini saya melihatnya dalam lagu.
Baru-baru ini saya mencari di internet, lagu ini saya temukan, judulnya ”Ku Tahu Dia Mati Bagiku.” Awalnya lagu ini dinyanyikan oleh Lelengboto Sister, lalu ada satu video lagu yang diunggah dengan iringan gitar yang cukup syahdu.
Saya bersyukur menemukan kembali lirik dan nada lagu ini. Tidak banyak lagu yang berkesan mendalam, namun lagu ini menyentak ingatan saya, setiap kali peringatan penyaliban Yesus di bukit Golgota diperingati dalam ibadah.
Nah, ini yang saya mau ceritakan: Paskah itu paradox namun benar. Walau tak menyaksikan, tetapi bisa melihat dengan iman dan timbul keyakinan, ini seperti sebuah mujizat dan sekaligus karunia.
Nyatanya peristiwa ini terjadi sangat jauh di tempat dan waktu ribuan tahun yang lalu. Sungguh tak terbayangkan ~ lalu peristiwa yang luar biasa ini dapat memberi dampak yang begitu nyata, dekat dan berkait dengan hidup-mati kita saat ini.
Kita mengalami banyak peristiwa, kita mengingatnya karena kita melihat dengan mata kepala, kita menyentuhnya dan kemudian meresponi, itu mempengaruhi perasaan dan keyakinan kita.
Pada peristiwa penyaliban di Golgota, kita tidak hadir di sana. lalu sebuah keyakinan muncul dalam diri kita, seolah kita ada dan melihat semua kejadian itu.
Kini, kita bersyukur ada Alkitab yang memperkuat keyakinan itu. Bukan sebagai buku sejarah, tetapi sebuah wahyu yang membuat kita semakin yakin dan terhisap di dalamnya.
Kita tidak lagi meragukan Yesus yang tersalib itu. Yang perlu saya lakukan adalah semakin menghidupi keyakinan itu dan membuktikannya.
Saya merasa perlu berterima kasih kepada orangtua yang telah membuat saya punya keyakinan ini, kepada pewarta Injil yang entah bagaimana caranya, telah membuat peristiwa di Golgota ini bisa hadir di tempat saya tinggal dan hidup.
Lalu kepada penggubah lagu yang selama ini turut memelihara keyakinan ini menjadi semakin nyata dengan cara yang ajaib.
Saudara bila ada kisah-kisah ajaib dalam hidup saudara, sekalipun sederhana mari berbagi melalui kanal ini – Karena Semua bisa jadi Pewarta Kabar Baik!
KU TAHU DIA MATI BAGIKU
Tak pernah kulihat salib yang dipikul-Nya.
Tak pernah kulihat darah yang ditumpahkan-Nya.
Tak pernah kudengar t’riakan, ”salibkanlah Dia.”
Walau tak kusaksikan, kutahu Dia mati bagiku.
Tiap langkah-Nya ke Kalvari.
Tiap tetes darah meleleh bagiku.
Banyak perkara yang tak dapat kulihat.
Tapi ‘ku percaya Dia mati bagiku.
Tak pernah kulihat beban yang ditanggung-Nya.
Tak pernah kulihat duri di kepala-Nya.
Tak pernah kulihat bukit tempat Dia tersalib.
Walau tak kusaksikan, kutahu Dia mati bagiku.
Tiap langkah-Nya ke Kalvari.
Tiap tetes darah meleleh bagiku.
Banyak perkara yang tak dapat kulihat.
Tapi ‘kupercaya Dia mati bagiku.
Tapi kupercaya Dia mati bagiku.