< Ayub 41

Listen to this chapter • 4 min
[1] (40-20) "Dapatkah engkau menarik buaya dengan kail, atau mengimpit lidahnya dengan tali?
[2] (40-21) Dapatkah engkau mengenakan tali rotan pada hidungnya, mencocok rahangnya dengan kaitan?
[3] (40-22) Mungkinkah ia mengajukan banyak permohonan belas kasihan kepadamu, atau berbicara dengan lemah lembut kepadamu?
[4] (40-23) Mungkinkah ia mengikat perjanjian dengan engkau, sehingga engkau mengambil dia menjadi hamba untuk selama-lamanya?
[5] (40-24) Dapatkah engkau bermain-main dengan dia seperti dengan burung, dan mengikat dia untuk anak-anakmu perempuan?
[6] (40-25) Mungkinkah kawan-kawan nelayan memperdagangkan dia, atau membagi-bagikan dia di antara pedagang-pedagang?
[7] (40-26) Dapatkah engkau menusuki kulitnya dengan serampang, dan kepalanya dengan tempuling?
[8] (40-27) Letakkan tanganmu ke atasnya! Ingatlah pertarungannya! --Engkau takkan melakukannya lagi!
[9] (40-28) Sesungguhnya, harapanmu hampa! Baru saja melihat dia, orang sudah terbanting.
[10] (41-1) Orang yang nekatpun takkan berani membangkitkan marahnya. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan Aku?
[11] (41-2) Siapakah yang menghadapi Aku, yang Kubiarkan tetap selamat? Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku.
[12] (41-3) Aku tidak akan berdiam diri tentang anggota-anggota badannya, tentang keperkasaannya dan perawakannya yang tampan.
[13] (41-4) Siapakah dapat menyingkapkan pakaian luarnya? Baju zirahnya yang berlapis dua, siapakah dapat menembusnya?
[14] (41-5) Siapa dapat membuka pintu moncongnya? Di sekeliling giginya ada kengerian.
[15] (41-6) Punggungnya adalah perisai-perisai yang bersusun, terlekat rapat seperti meterai.
[16] (41-7) Rapat hubungannya yang satu dengan yang lain, sehingga angin tidak dapat masuk;
[17] (41-8) yang satu melekat pada yang lain, bertautan tak terceraikan lagi.
[18] (41-9) Bersinnya menyinarkan cahaya, matanya laksana merekahnya fajar.
[19] (41-10) Dari dalam mulutnya keluar suluh, dan berpancaran bunga api.
[20] (41-11) Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap bagaikan dari dalam belanga yang mendidih dan menggelegak isinya.
[21] (41-12) Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api keluar dari dalam mulutnya.
[22] (41-13) Di dalam tengkuknya ada kekuatan; ketakutan berlompatan di hadapannya.
[23] (41-14) Daging gelambirnya berlekatan, melekat padanya, tidak tergerak.
[24] (41-15) Hatinya keras seperti batu, keras seperti batu kilangan bawah.
[25] (41-16) Bila ia bangkit, maka semua yang berkuasa menjadi gentar, menjadi bingung karena ketakutan.
[26] (41-17) Bila ia diserang dengan pedang, ia tidak mempan, demikian juga dengan tombak, seligi atau lembing.
[27] (41-18) Besi dirasanya seperti jerami, tembaga seperti kayu lapuk.
[28] (41-19) Anak panah tidak dapat menghalau dia, batu umban seolah-olah berubah padanya menjadi jerami.
[29] (41-20) Gada dianggapnya jerami dan ia menertawakan desingan lembing.
[30] (41-21) Pada bagian bawahnya ada tembikar yang runcing; ia membujur di atas lumpur seperti pengeretan pengirik.
[31] (41-22) Lubuk dibuatnya berbual-bual seperti periuk, laut dijadikannya tempat memasak campuran rempah-rempah.
[32] (41-23) Ia meninggalkan jejak yang bercahaya, sehingga samudera raya disangka orang rambut putih.
[33] (41-24) Tidak ada taranya di atas bumi; itulah makhluk yang tidak mengenal takut.
[34] (41-25) Segala yang tinggi takut kepadanya; ia adalah raja atas segala binatang yang ganas."